Jika sejenak saja kita mau merenungi semua letupan emosi dalam
diri, ternyata itu hanya soal rasa. Kecewa, marah, sedih, bahagia, bahkan
cinta, itu semua tentang rasa. Ya, hanya soal rasa. Tak lebih, tak juga kurang.
Masalahnya
adalah, kadang dalam banyak kejadian kita gagal mengendalikannya dan cenderung
mendramatisir. Yang pada akhirnya, ini menjadi sesuatu yang bisa merusak fitrah
diri. Terlebih, jika rasa-rasa itu kemudian ditunggangi oleh nafsu, baik di
awalannya, di pertengahannya, maupun di akhirannya. Bahkan mungkin nafsu yang
memicu sebuah rasa (rasa apa saja) bergejolak dan kita menurutinya tanpa
koreksi apalagi protes.
Karena ini
soal rasa yang ada dalam diri, maka inipun secara hakikat hanya menjadi masalah
kita seorang, bukan masalahnya orang lain, meskipun rasa ini berhubungan dengan
orang lain.
Sekali lagi,
semua ini hanya soal rasa. Yang kemudian berlaku bagi kita, soal mengendalikan
atau dikendalikan oleh perasaan.