14 April 2011

mau pake jilbab kok repot

           Kenapa sih susah bangaet pake jilbab. Hmmmmmmm, dari penelitian dan penelusuran trus Ngeliat dari berbagai fakta yang ada (bahasa dektektif), sebenernya berbagai macam persoalan yang muncul dalam memakai jilbab, itu mah soal biasa dalam "perjuangan". Kadangkala kesulitan itu kayaknya susaaaah…. banget diselesaikan. Kita sih bisa maklum. Cuman apakah dengan adanya persoalan itu membuat kalian males, keder, takut, atau yang lebih parah lagi "alergi" ? Enggak kan Mbaksis ? hoho
Trus lagi ada anggapan klasik seputar jilbab en jilbaber. Gini, "Ahh, make jilbab itu nggak perlu, soalnya banyak cewek berjilbab yang kelakuannya "naudubille" (baca : na'udzubillah min dzalik), yang penting kan "ati"nya dulu yang dijilbabin…" Wah…kalo begini guawat namanya, emangnya kain jilbab "hati" itu semeter berapa? Di Pasar ada yang jual nggak?? He..he..he…

Nah pemahaman model begini yang kayaknya kudu "dihancur-leburkan". Emang sih, ada kasus wanita berjilbab tetap rajin ngegosip, urakan dsb. Tapi terlepas dari wanita-wanita semacam itu, kalau pun ada, itu kan hanya kasus, nggak bisa dipake' alasan supaya kaum hawa nggak berjilbab. Sebaliknya ia kudu memperbaiki perilakunya. Agar sesuai dengan pesan Allah Swt. Kita juga harus teliti dulu dong, apa alasan dia berjilbab, jangan-jangan cuma ikut-ikutan ? atau pemahaman doski tentang jilbab minim banget? Karena banyak yang cuman pake kerudung doang tapi udah dikatain berjilbab, ini khan masalah, neng!. Trus kayak gimana sih, jilbab yang ideal menurut Islam itu? Kalo pengen tau jawabannya, baca terus ampe kelar dibawah…OK? (penasaran nih critanya, he..he..he)
Nah berhubungan dengan itu, dibawah ini ada beberapa alasan kenapa kamu nggak mau atau pada enggan pake jilbab :

(1) Dari diri sendiri; artinya kamu-kamu ngerasa belum siap atau memadai untuk berjilbab atau menjadi muslimah sejati, yang bisa jaim lah, alim lah, and sederet kriteria lain yang dirasa memberatkan. Nah masalahnya adalah, ternyata kamu masih suka bercanda, JJS, shopping, ngegosip, dll. Dan kamu ngerasa khawatir sikap itu memberi kesan negatif dari orang lain jika kamu mengenakan jilbab, takut merendahkan martabat wanita muslimah. Itu kan masalahnya ???
Tapi yang jelas, seharusnya busana muslimah bisa jadi alat kontrol yang nyata bagi kita untuk menjaga tingkah laku kita. Dan biasanya, muslimah yang udah berjilbab akan mampu mengendalikan dirinya. Ya, sesuai dengan persepsi orang tentang jilbab: "ngerti" agama dan nggak norak. Jadi, ketika berjilbab, seorang muslimah itu "dipaksa" untuk mengatur perilakunya: menundukan pandangan dan tidak jelalatan, mempertegas suaranya sehingga tidak disalah-artikan lawan jenisnya, mengatur langkahnya, mengatur parfumnya, dan menyeleksi teman gaulnya. Bahkan ia pun terdorong untuk lebih memahami Islam lebih dalam. Malah bukan tak mungkin, akan menjadi labuhan pertanyaan teman-temannya. Bahkan cewek berjilbab, kalo jalan di hadapan anak cowok, yang dilewati ngerasa segen dan nggak berani ngegodain. Paling-paling cuman, bilang "Assalamu'alaikum, Bu Haji…" Itu kan do'a, jadi jawab aja salamnya, nggak usah sewot. Laen critanya lho kalo kamu berdandan menor. Waah, para lelaki langsung berkicau ngegodain, #Jatuh bangun aku mengejarmu# Ck, ck, ck, eleh..eleh…si Eneng!!

(2) Dari lingkungan atawa keluarga; terutama ortu yang nggak ngebolehin. Alasannya takut sulit dapat kerjaan kek, takut nggak laku jodohnya kek, dan sederet "kek-kek" lain yang kadang nggak matching en buat kita ketawa geli. Gimana enggak, wong itu semuanya sebenernya adalah persepsi yang salah en nggak tepat. Karena yang namanya rejeki, jodoh en mati itu kan qodho'nya Allah SWT. Karena logikanya, masak sih Allah akan meninggalkan hamba-hambaNya yang tho'at, hamba-hambaNya yang make jilbab untuk menutup aurat? Wong ayam aja meskipun nggak punya akal masih dikasih rejeki, masih diberi jodoh…Betapa Maha Pengasih dan Pemurahnya Allah itu. Subhanallah…
Mengenai ortu, beri pengertian apa yang dilihat oleh ortu sifatnya kasuistik, artinya itu fakta yang tidak bisa dijadikan justifikasi bahwa kita nggak boleh berjilbab karena ada fakta seperti itu, itu menggebyah uyah or nyama'in semua namanya. Selain itu, kita juga harus memahami wanita muslimah adalah manusia biasa tidak berbeda dengan manusia lainnya, ia bisa berbuat salah dan dosa. Berjilbab adalah suatu kewajiban dan bertingkah laku yang baik adalah juga suatu kewajiban yang lain, yang tidak bisa dicampur adukkan pembahasannya. Kedua-duanya harus dijalankan. Dengan peningkatan akhlaq baik di rumah, maka ortu akan bertambah yakin bahwa keputusan kita berbusana muslimah adalah sebuah keputusan yang tidak salah. Oce deh..!!

(3) Untuk membuat jilbab dan khimar (kerudung) kadang memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena membutuhkan kain yang lebih banyak. Emang sih kita nggak bisa mungkir sepenuhnya. Banyak juga kok yang murah, meriah, bagus lagi…Dan yang paling penting, dengan adanya situasi kayak gitu, kan sebenarnya bisa mendidik kamu lebih kreatif, lebih dewasa, en lebih pinter memanfaatkan "sumber daya" yang ada demi Islam. Masak sih nggak mau kalo kamu disebut sebagai muslimah sejati en berotak encer Jangan mau kalah ama si Dewi Surf lho…

Kita memandang sebuah persoalan, kayaknya nggak lepas deh dari yang namanya persepsi atau pemahaman. Orang memandang baik atawa buruk itu kan dari pemahaman yang dimilikinya. Begitu juga about jilbab, kayaknya akan susah banget, kalo kita memandang jilbab itu hanya dari sisi maslahat-mudharat, apalagi kalo persepsi kita tentang jilbab dipengaruhi oleh pemahaman sekuler barat, yang memandang jilbab itu sebagai pemasung kebebasan wanita untuk berekspresi, sebab agama mereka nggak punya aturan sesempurna Islam.

            Nah…pemahaman-pemahaman ini yang kudu kita ubah. Bukankah sebagai muslim/ah, kita harus paham bener arti ketaatan dan cinta pada Allah dan Rasul-Nya. Bukankah sebagai kaum muslimin kita harus selalu menstandarkan semua aktifitas kita berdasarkan hukum syara'? Masih ingat kan dengan firman Allah, yang artinya : "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min, dan tidak (pula) bagi wanita yang mu'minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu keputusan, ternyata akan ada pilihan (yang lain) tentang urusan mereka" (TQS. Al-Ahzaab: 36).
Ditambah lagi Allah juga berfirman yang artinya : "Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (TQS al-Ahzab 59).
Sabda Nabi, yang artinya "Siapa dari seorang wanita yang melepaskan (membuka) pakaian selain dirumahnya (membuka diluar rumah), maka Allah pasti merobek tirai kehormatan daripadanya." (HR. Ahmad, Thobroni, dan Al-Bazzaar dari A'isyah r.a.). Nah lho....
Mengenai kekhawatiran-kekhawatiran kayak diatas, baiknya…cepet diilangin deh. Sebab itu hanyalah fakta atau fenomena yang terjadi di tengah masyarakat yang tidak memakai standar hukum Islam, yang tentu saja kalo itu masih sering kita temui akan mempengaruhi persepsi kita tentang jilbab, tapi...kalo kita tidak segera mengurangi frekuensi fakta/fenomena tadi maka kekhawatiran kita tetap akan muncul.

Ada yang penting bo' ! Yaitu tentang apa sih sebenernya yang dimaksud dengan jilbab itu ? Karena dalam memahami suatu istilah yang ada dalam nash (Qur-an-Hadits), kita nggak bisa mengartikan dengan seenaknya sendiri. Akan tetapi, kita pelajari sesuai dengan asal bahasanya (yakni bahasa Arab). Didalam kamus Al-Muhith, dinyatakan demikian, yang artinya "Jilbab itu laksana sidab (terowongan), atau sinmar (lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian kesehariannya seperti seperti halnya baju kurung" (lihat QS. an-Nur 30 dan al-Ahzab 59)
Taqiyudin an-Nabhani dalam kitabnya Nidzomul Ijtima'i fil Islam, menjelaskan bahwa pakaian wanita (jilbab) harus menutupi kulitnya atau tidak boleh memperlihatkan warna kulitnya. Artinya jika kain penutup (pakaian) itu tipis (transparan) sehingga tetap menampakkan warna kulitnya dan dapat diketahui apakah kulitnya berwarna merah atau coklat, maka kain penutup seperti itu tidak bisa dikategorikan sebagai penutup aurat. Hal itu sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Rasulullah Saw kepada Usamah :
"Suruhlah isterimu untuk mengenakan kain tipis (ghilalah) lagi di bagian dalamnya, karena sesungguhnya aku khawatir kalau sampai lekuk tubuhnya tampak"

So, Say YES to Jilbab !!

3 jejak komentar:

Azizah Ananda mengatakan...

"Ahh, make jilbab itu nggak perlu, soalnya banyak cewek berjilbab yang kelakuannya "naudubille" (baca : na'udzubillah min dzalik), yang penting kan "ati"nya dulu yang dijilbabin…" yah ini alasan yg paling sy sering denger selain kata "belum siap..."

Unknown mengatakan...

ayo umurunnisa.
lanjutkan aksimu....
^_^

Anonim mengatakan...

dan masih banyak yang tidak mengerti jilbab yg benar itu seperti apa... ^^

Posting Komentar

tinggalkan jejaknya ya ^_^

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes