15 April 2011

pendidikan itu, antara kenyataan dan khayalan


 seperti inilah wajah pendidikan kita, dari dulu hingga sekarang, 
pemerataan pendidikan hanya dalam angan.

 ane, g'tau mau pake judul apa,hoho. jadi sembarangan aja
Assalamu’alaikum wr.wb

Pagi yang cerah, sembari menunggu waktu kuliah sambil dengerin sesuatu yang beraliran melankolis tapi tak romantis. Menambah semangat untuk berfikir tentang sesuatu,  Sesuatu yang bisa di tuangkan dalam tulisan kali ini,  suatu tulisan yang dapat memotivasi diri. Pada kesempatan ini, entah kenapa ane pengen ngebahas mengenai pendidikan. Tulisan kali ini mungkin sedikit mereview tentang film yang paling ane suka saat ini, yakni “sang pemimpi” dan “ 3 Idiot”. Film ne dah lama sih, pi pesan dari kedua film ini yang tak pernah berhenti bermuara di kepala ne. Misteri yang tersirat dan tersurat dari kedua film ne masih bergentayangan, soalnya dah banyak orang yang menontonnya berkali2 tapi perubahan ato pesan yang disampaikan belum mampu di aplikasikan. Sebelum membahas tentang pendidikannya lebih lanjut, ane pengen cerita dikit ne. Kebetulan ane dah baca tulisan2 yang pernah ngebahas kedua film ne. Inti Pembahasnya seperti dibawah ini:

            Dalam filem 3 Idiots, watak-watak utamanya mencoba melawan sistem pembelajaran di mana mereka lebih kepada konsep berlomba untuk mendapat markah yang tinggi dan lulus sebagai pelajar cemerlang, kemudian dapat kerja yang baik, kumpulin harta dan berbangga dengan harta yang ada.

            Sang Pemimpi pula sedikit berbeda di mana watak-watak utamanya dengan segala upaya bertahan dengan sistem yang sedia ada, dalam keadaan ekonomi yang sungguh sangat sulit. Mereka bertekad ingin mengubah nasib keluarga dan ingin sekali belajar di luar negara. Mereka menjadikan niat mereka sebagai tujuan untuk terus belajar, biarpun kalau dilihat dari segi kedudukan keuangan mereka, impian untuk ke luar negara itu adalah hampir mustahil sama sekali.

Tokoh yang menonjol dalam 3 Idiots adalah Ranchoddas Shamaldas Chanchad (Aamir Khan), sedangkan Sang Pemimpi adalah Arai (Rendy Ahmad). Kedua-duanya memiliki perwatakan yang hampir serupa, yaitu optimis dengan kehidupan dan mencoba menjadi manusia yang berjiwa besar, artinya manusia yang tidak kalah dengan cobaan dunia yang sementara ini. Namun, perbedaannya adalah, Si Rancho datang daripada keluarga yang kaya (meskipun akhirnya kita tahu bahawa beliau hanyalah anak tukang kebun rumah orang kaya dan disara hidupnya) dan si Arai merupakan pemuda miskin yang hidup yatim piatu. Rumah si Arai terletak di pinggir hutan, di mana tempat kera bermain-main.

              mereka berdua sama-sama memiliki minat belajar (menuntut ilmu) yang tinggi. Jika Arai masih bersekolah menengah, Rancho pula sedang menuntut di perguruan tinggi yang teramat mengutamakan sistem peringkat, Rancho mencoba membimbing pelajar lain untuk hidup sebagai manusia yang berfikir, bukan robot bermesin seperti yang didakwa Rancho. Arai pula, sebagai manusia yang miskin dan hidup penuh keterbatasan,mencoba menanggapi segala-galanya dengan positif. Tidak ada yang negatif baginya melainkan menyerah kalah dalam menjalani ujian hidup dahulu.
Kalau Rancho begitu berani 'menentang' Dr. Viru (Boman Irani), Arai pula berani 'menentang' Pak Mustar (Landung Simatupang). Kedua-duanya memiliki karakter yang sama, yaitu garang dan keras dalam mengajar serta mengutamakan peringkat. Paling menarik, kedua-duanya menjalankan sistem yang hampir sama di mana Dr. Viru menentukan tempat duduk dalam majlis fotografi pelajar berdasarkan peringkat yang mereka dapat, dimana Pak Mustar jugaa menentukan tempat duduk ibu bapak sang murid berdasarkan peringkatnya. 

 3 Idiots memiliki dua lagi watak utama yang sering menjadi 'mangsa' kegilaan sang optimis Rancho, yaitu Farhan Qureshi (R. Madhavan) dan Raju Rastogi (Sharman Joshi). Kedua-duanya juga memiliki masalah peribadi masing-masing. Si Raju Rastogi terlalu risaukan masa depannya lantaran ia harapan tunggal keluarganya yang miskin melarat. Manakala Farhan Qureshi pula hidup dalam keadaan yang tidak sesuai, di mana ia lebih tertarik pada bidang fotografi, namun harapan ayahnya memaksanya untuk belajar bidang teknik. Sang Pemimpi pula, ada Ikal (Vikri Setiawan) dan Jimbron (Azwir Fitrianto) yang turut menjadi 'mangsa' idea-idea gila Arai. Dapat  lihat saat mereka bertiga dikejar Pak Mustar dan Arai mencadangkan mereka melompat masuk ke dalam tong ikan yang besar untuk bersembunyi. Kemudian, juga saat di mana Arai mengajak mereka pergi menonton film bioskop khusus dewasa. 

Rancho dan Arai membawa niat yang sama, yaitu misi membesarkan jiwa. Rancho sendiri mengatakan kepada Raju, "Belajar bukan untuk sukses, tetapi belajar untuk membesarkan jiwa..." Arai pun begitu juga. Segala rintangan di dunia ini adalah untuk dilalui, bukan dihindari. karena hidup tanpa cobaan adalah semata-mata kering kerontang kerena kita tidak akan dapat membesarkan jiwa kita. Kesungguhan Arai meyakinkan teman-teman baiknya bahwa mereka pasti dapat ke Paris untuk menuntut ilmu di sana adalah sebuah keyakinan yang membawa kepada usaha yang luar biasa. 

Kesimpulannya, ane bukanlah hendak menceritakan film mana yang lebih hebat. Tetapi ane hanya ingin meyampaikan pesan dari kedua ini. Hikmah yang luar biasa yang dapat dipetik dari kedua film ini, dimana yang satu bertahan dengan sistem yang ada dan yang satu berusaha melawan sistem. Sungguh kolaborasi yang luar biasa. Lalu setelah menonton film ini, apa yang kita dapat? Cuman nonton, selesai trus bubar begitu saja? Sungguh ironis,hoho..

Kembali ke topik awal, sebenernya bagai mana sih sistem pendidikan di Indonesia, Apakah seperti kedua film tersebut atau bagaimana? Mungkin kalian punya jawaban tersendiri utk hal ini. Tapi saya yakin, lok para pelajar yang mau berfikir pasti mengatakan ‘ada yang salah dengan sistem pendidikan dinegara ini’. Letaknya dimana? Lok mau ane logikakan kurang lebih seperti ini, antara sistem yang dicanangkan dan kemampuan pelajar,pengajar dan fasilitas pendidikan di indonesia saat ini ibarat langit dan bumi yang sulit menemukan titik temunya, karena tidak ada penghubung antara sistem dan para pelaku pendidikannya.

Okelah, indonesia emang rajin tu dapet mendali emas di bidang olimpiade sains dan semacamnya, tapi itukan hanya segelintir orang aja yang bisa dihitung dengan jari. Lalu bagaimana dengan nasib jutaan pelajar yang lain, mau dibawa kemana? Hello, bukannya mau mencerdaskan kehidupan bangsa tu? Tapi kok seperti ini. Yang pintar makin pintar, yang kurang pintar makin tertinggal. Apakah kita harus bertahan seperti Arai DKK, ato kita harus melawan sistem ini? Tau ah,hoho.... kuresahkan jawabannya kepada kalian semua
Pendidikan itu sangat berharga, tanpa pendidikan tidak akan ada kemajuan, tanpa ada kemajuan alamat suatu negara itu tinggal nunggu kehancuran saja. Di indonesia sendiri, banyak terdapat orang2 cerdas dengan pemikiran yang luar biasa, tapi sulit sekali rasanya mendapat kebebasan dalam artian tidak ada ransangan yang  bisa membantu mengasah kecerdasan mereka. Jika ingin mencerdaskan bangsa mestinya pendidikan harus lebih merata, baik pengajar maupun fasilitas pendidikannya. Suatu saat itu pasti akan terjadi, tunggu saja tanggal mainnya, asalkan semuanya punya kesungguhan.

Ini sebenernya ngomongin apa sih dari film kok larinya ke pendidikan di Indonesia, ngelantur ksna kemari dengan pembahasan yang g’ jelas, analisis anak teknik g’seperti anak sosioal pendidikan jadi harap maklum,hoho.g’penting pembahasannya mau kemana, biar bingung, bingung dah sekalian. Tapi pada kenyataannya Seringkali sebuah institusi pendidikan menyamaratakan potensi peserta didik dengan melakukan penilaian apabila sesorang tidak dapat mengikuti dengan baik mata pelajaran tertentu maka orang tersebut bodoh. Padahal sebenarnya tidak seperti itu karena sesungguhnya manusia memiliki potensi yang berbeda-beda dan unik.

Selain itu juga, pada kenyataannya, emang bener sih, kadang lok di pikir2 kita ne di lebih banyak diajarin gmana caranya mendapat nilai yang bagus bukan bagaimana mengembangkan potensi yang kita miliki, jadinya para pelajar cenderung melakukan segala upaya untuk mendapatkan nilai sebaik mungkin, dari awal ternyata dah salah didiknya ato pelajarnya yang salah nanggapin.Udah ah, ri pada makin ngelantur, mending udahan aja deh,hoho. Sebagai penutup ada kata2 yang mungkin dapat memberikan kesan yang tidak biasa,hehe

BELAJARLAH BAGAIMANA CARA BELAJAR, BELAJARLAH UNTUK SEGALANYA DAN SEGALANYA UNTUK BELAJAR, BELAJARLAH APAPUN, KAPANPUN, DIMANAPUN DAN DENGAN CARA APAPUN. KARENA HIDUP INI ADALAH PEMBELAJARAN, DAN PEMBELAJARAN ADALAH KEHIDUPAN.

0 jejak komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejaknya ya ^_^

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes